Shalom,
Kerinduan kami melihat lebih
banyak anak Tuhan mengetahui tujuan hidupnya. Kita diselamatkan Tuhan dengan
suatu tujuan, bukan hanya sekedar setelah jadi percaya lalu “pasti masuk surga”
dan lalu bisa “melanjutkan hidup”
seperti sedia kala. Tuhan seolah dijadikan “agen asuransi”..jaminan
masuk surga setelah kematian. Banyak
anak Tuhan yang tidak mengerti bahwa menjadi seorang Kristen, tidak cukup hanya
sekedar rajin mengikuti ibadah setiap hari Minggu, memberikan perpuluhan setiap
kali gajian atau mendapat hasil dari proyek. Pergi ke gereja agar menyenangkan
hati Tuhan dan hidup jadi lancar baik dalam hal mendapatkan jodoh, rumahtangga,
pendidikan, pekerjaan, kesehatan,
kekayaan dan lain-lain menjadi alasan banyak orang Kristen mengikuti
ibadah Minggu. Kekristenan tidak sampai di situ, akan sangat membosankan bila
itu merupakan kehidupan kekristenan.
Setiap anak Tuhan memiliki peran
dalam tubuh Kristus maupun Kerajaan Tuhan, tidak ada namanya istilah “jemaat
biasa”. Seringkali kita mendengar anggota jemaat yang berkata,”Ah, saya hanya
jemaat biasa dan tidak bisa apa-apa.” Mendengar kata “melayani Tuhan”, banyak
orang berkonotasi bahwa kita “harus” bisa berkhotbah, memimpin acara ibadah
(worship leader), menjadi musisi gereja, bagian multimedia, pelayanan Sekolah
Minggu (anak) ……paling-paling bisa kalau menjadi usher untuk menerima tamu,
mengedarkan kantong kolekte…..tapi sudah banyak yang menjadi usher…jadi sulit
untuk bersaing menjadi usher…..kalau menjadi cleaning service….jarang ada yang
merasa terpanggil untuk melakukan hal itu. Bagi sementara orang melakukan
pekerjaan cleaning service (membersihkan
gedung ibadah) merupakan pekerjaan yang merendahkan. Jarang orang bisa melihat
bahwa “membersihkan gedung ibadah” merupakan elemen penting, bayangkan bila
kita mau beribadah tetapi tempat ibadahnya jorok, penuh sampah dan lalat..siapa
yang mau beribadah di situ?
Saya ingin menekankan bahwa
pekerjaan Tuhan tidak hanya sampai di situ, itu hanya bagian yang sangat kecil
saja. Dalam kitab Roma 12:4-8, Rasul Paulus mengajarkan,”Sebab sama seperti
pada satu tubuh kita mempunyai banyak
anggota, tetapi tidak semua
anggota itu mempunyai tugas yang sama, demikian juga kita, walaupun
banyak, adalah satu tubuh di dalam Kristus; tetapi kita masing-masing adalah
anggota yang seorang terhadap yang lain. Demikianlah kita mempunyai karunia yang berlain-lainan menurut kasih karunia
yang dianugerahkan kepada kita: Jika karunia itu adalah untuk bernubuat baiklah kita melakukan
sesuai dengan iman kita. Jika karunia untuk melayani,
baiklah kita melayani; jika karunia untuk mengajar, baiklah kita mengajar; jika
karunia untuk menasehati
(terjemahan NIV encouraging), baiklah kita menasihati, siapa yang membagi-bagikan sesuatu
(terjemahan NIV contributing to the needs of others), hendaklah ia melakukannya
dengan hati yang ikhlas; siapa yang memberi
pimpinan, hendaklah ia melakukannya dengan rajin(terjemahan NIV govern
diligently); siapa yang menunjukkan
kemurahan, hendaklah ia melakukannya dengan sukacita.”
Begitu pula pada surat penggembalaan
rasul Paulus bagi jemaat di Korintus kembali ia mengingatkan akan hal tersebut.
1 Korintus 12:4-11,”Ada rupa-rupa
karunia, tetapi satu Roh. Dan ada
rupa-rupa pelayanan, tetapi satu Tuhan. Dan ada berbagai-bagai perbuatan ajaib, tetapi Allah adalah satu yang
mengerjakan semuanya dalam semua orang. Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk kepentingan
bersama. Sebab kepada yang seorang Roh memberikan karunia untuk berkata-kata dengan hikmat, dan kepada yang
lain Roh yang sama memberikan karunia
berkata-kata dengan pengetahuan. Kepada yang seorang Roh yang sama
memberikan iman, dan kepada
yang lain Ia memberikan karunia untuk
menyembuhkan. Kepada yang seorang Roh memberikan kuasa untuk mengadakan mujizat, dan kepada yang lain Ia
memberikan karunia untuk bernubuat
dan kepada yang lain lagi Ia memberikan karunia
untuk membedakan bermacam-macam roh. Kepada yang seorang Ia memberikan karunia untuk berkata-kata dengan bahasa
roh, dan kepada yang lain Ia memberikan karunia untuk menafsirkan bahasa roh itu. Tetapi semuanya ini dikerjakan oleh Roh yang
satu dan yang sama, yang memberikan karunia kepada tiap-tiap orang secara
khusus, seperti yang dikehendakiNya.”
Setiap anak Tuhan harus tahu
tujuan hidupnya (destiny) sebab Tuhan telah menetapkan kita sebelum dunia
dijadikan untuk “berfungsi” sesuai karuniaNYA dalam tubuh kristus dan pelebaran
Kerajaan Tuhan. Jadi hapuskan dalam kamus Anda…”Saya hanya jemaat biasa
saja”….sebab Anda luarbiasa dan Tuhan pilih untuk mengambil bagian dalam tubuhNya
untuk berfungsi. Tuhan memanggil kita untuk menjadi rekan sekerjaNya. Tuhan
percaya bahwa Anda dapat melakukan tugas yang telah Ia tetapkan melalui kuasa
daripada Roh Kudus. Roh Kudus yang akan membawa Anda makin serupa dengan
Kristus, makin mengerti tujuan hidup Anda di muka bumi, makin sadar bahwa kita
dipanggil untuk terus bertumbuh sebagai murid dan anak Tuhan, Roh Kudus yang
akan menjadi Penghibur kala ada banyak tantangan dalam kehidupan kita, Roh
Kudus akan memberikan kemampuan bagi kita untuk hidup dalam kekudusan dan
melakukan Firman Tuhan dalam kehidupan kita sehari-hari. BERHENTI…. Menjadi
orang Kristen cek list…..apa maksudnya? Ada banyak anak Tuhan yang merasa sudah
menjadi Kristen yang baik dan taat dengan pergi setiap Minggu ke gereja, membayar
perpuluhan, membantu pelayanan dan memberikan dana lebih untuk misi atau
kemanusiaan, setiap hari baca Alkitab dan berdoa (semua hal ini baik, jangan
salah mengerti saya)…TETAPI….itu belum menunjukkan bahwa Anda seorang Kristen.
Itu hanya menunjukkan agama apa yang Anda anut. Orang Kristen mula-mula tidak
memiliki gedung ibadah seperti kita dewasa ini..mereka bertemu dari rumah ke
rumah, di katakombe (kuburan), hutan, gunung, taman, pasar, pantai dengan kata
lain ibadah mereka bisa dilakukan dimana saja, tidak dibatasi oleh sebuah
tempat….mereka juga tidak beribadah dengan sebuah liturgi yang kaku dan
mengikat……yang membedakan mereka dan membuat takjub dunia saat itu adalah
“pribadi Kristus” yang tampak jelas dalam
kehidupan mereka. Hingga mereka disebut Kristen (pengikut Kristus) adalah
akibat gaya hidup mereka yang mengikuti teladan hidup Kristus. Esensi
kekristenan bagi mereka adalah “mengasihi Tuhan dan sesama”sebagaimana tertera
dalam Matius 22:37-40,”Jawab Yesus kepadanya:”Kasihilah Tuhan Allahmu dengan segenap hatimu dan segenap jiwamu dan
dengan segala akal budimu. Itulah hukum
yang terutama dan yang pertama. Dan hukum yang kedua, yang sama dengan itu, Ialah Kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri. Pada
kedua hukum inilah tergantung seluruh hukum Taurat dan kitab para nabi.”
Beberapa tahun lalu timbul suatu
kegelisahan dalam hati saya, saat bertanggungjawab dalam departemen missi, saya
memiliki tanggungjawab dalam memenangkan jiwa baru dan pertambahan dalam
kehadiran jemaat merupakan “bukti” kinerja kami. Bila tidak saya akan mendapat
evaluasi dan teguran dari Pendeta Gembala Sidang. Puji Tuhan, ada banyak jiwa
baru ditambahkan…..ada banyak orang dari “agama lain” bertobat begitu pula
orang yang hidup dalam dosa berbalik dan ingin mengenal Tuhan…..namun saya
menghadapi situasi yang dilematis. Atasan saya memanggil saya sebab jiwa-jiwa
yang datang tidak sesuai dengan visi gereja, organisasi gereja yang kami layani
menargetkan untuk memenangkan kaum menengah ke atas sedang jiwa-jiwa yang kami
dari tim missi “bawa masuk” mayoritas adalah kalangan bawah. Atasan saya kala
itu menyatakan bahwa kami harus memenangkan kalangan menengah atas dulu,
setelah gereja lebih mapan lagi baru fokus pada kalangan bawah hingga “gereja”
sanggup membantu. It’s a good ide, but is it God’s idea (ide yang bagus tetapi
apakah itu ide/pemikiran Tuhan)? Itulah yang terbersit dalam benak saya. Apa
barometer gereja itu sudah mapan dan baru bisa mulai membantu kaum marginal
atau miskin? Bagaimana lalu dengan jiwa-jiwa yang baru percaya “tetapi” miskin
(mereka hanya PRT, buruh, tukang bangunan, tukang ojek dll) atau kaum
marginal/subkultur seperti anak punk, bikers, skaters, gay/lesbian, anak
jalanan, mantan napi dstnya? Saat itu saya sedih, apakah kekristenan “masa kini”
identik dengan orang kaya dan mapan saja dan biarkan orang miskin dan berdosa
terhilang selamanya?
Beberapa tahun kemudian, Tuhan
mempercayakan saya untuk merintis dan menggembalakan suatu sidang dan puji
Tuhan, kami berhasil menanam gereja bagi kaum terbuang ini, memperlengkapi
mereka sebagai murid Kristus dan bahkan mengutus mereka sebagai utusan Injil
keberbagai daerah. Namun saat jumlah kita sudah mencapai 300 orang
lebih…..”spirit kemapanan” itu kembali muncul hingga saya pun kembali
berhadapan “kini” dengan staf saya sendiri. Ketika saya hendak terus
menjalankan missi untuk menggenapkan Amanat Agung dalam Matius 28:18-20,”Yesus
mendekati mereka dan berkata:”KepadaKU telah diberikan segala kuasa di sorga
dan di bumi. Karena itu pergilah
jadikanlah semua bangsa muridKU dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, dan
ajarlah mereka melakukan segala
sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, Aku menyertai kamu senantiasa sampai
kepada akhir zaman.” Bagi
sementara orang memiliki gedung ibadah yang “wah” seolah harga mati yang harus
dicapai, jumlah anggota jemaat gereja dan uang hasil persembahan yang banyak
sebagai sebuah prestise keberhasilan, kepemilikan sekolah Alktab/teologia
sendiri, stasion radio sendiri bahkan sekolah bertaraf international “sendiri”
jadi tolok ukur “penyertaan Tuhan (hal-hal ini tidaklah dosa asalkan jangan
sampai menjadi “idol”/berhala). Saat saya menggembalakan kerinduan hati saya
adalah melihat setiap jemaat dapat menangkap isi hati Tuhan, mengerti tujuan
hidupnya, menjadi murid Kristus dan “merintis gereja” di tempat lain atau di
tempat kerjanya, di sekolah, di kampus, atau bahkan sebagai utusan Injil bagi
suku terabaikan……sebab itulah Amanat terakhir Tuhan Yesus……sayangnya ada banyak
yang “tidak rela” jemaat yang ia gembalakan untuk meresponi Amanat Agung…..

Beberapa tahun setelah saya mengundurkan
diri dari gereja “tercinta”, Tuhan mulai memanggil saya untuk fokus melayani
“kaum subkultur” hingga akhirnya saya bertemu dengan Morria Nickles yang pada
saat itu seorang mahasiswi jurusan
informatika ( ia kini dan suaminya Rob menjadi utusan missi untuk salah satu
suku Indian) yang membentuk pelayanan bagi kaum subkultur di Amerika Serikat
bernama The Calice (yang lalu berganti nama menjadi Shadow Of The Cross). Akhirnya ia meminta saya untuk mengembangkan pelayanan serupa di
Indonesia. Maka kami mulai melangkah dengan iman dan bermodalkan dengkul (alias
berdoa) memulai pelayanan ini. Pelayanan
ini sempat terseok-seok sebab kami tidak mendapatkan dukungan pendanaan
darimana pun, bila ada yang menawarkan bantuan biasanya mengikat dan banyak
sekali persyaratan terutama jiwa-jiwa
“terbuang” ini harus segera meninggalkan “budaya” mereka dan lalu menjadi
“Kristen kebanyakan (average
Christian)”. Sangat mudah bagi seorang yang tidak pernah memiliki masa lalu
kelam atau pendosa “berat” atau catatan
kriminal untuk menghakimi seorang petobat baru yang masih bergumul dengan
“kebiasaan lama” mereka. Kita ada di dekat mereka untuk menolong mereka tetap
kuat dalam Tuhan dan membuat pilihan-pilihan hidup yang baru. Ada kalanya
mereka kembali jatuh sebab “ikatan yang begitu kuat” tetapi kita harus tetap
ada di situ memberikan dorongan semangat untuk bangkit. Karena perbedaan
“pandangan” mengenai cara memperlakukan petobat baru inilah kebanyakan
organisasi lainnya enggan mendanai pelayanan kami. Hingga akhirnya kami memilih
untuk terseok-seok, tetapi tetap maju
secara perlahan tetapi berakar kuat.
Duapuluhlima tahun pelayanan sebagai “full time
minister”, menjadi pergumulan tersendiri bagi kami sekeluarga. Tanpa gaji dan
minim pengalaman bekerja di dunia sekuler menjadi tantangan bagi kami, dengan
tabungan yang sedikit kami beberapa kali mencoba untuk membangun usaha mandiri
dan walhasil kami sempat ditipu oleh “saudara seiman” yang membawa lari modal
usaha kami. Haleluya, suatu pengalaman yang berharga. Beberapa kali NGO/LSM
yang hendak mempekerjakan saya akhirnya batal setelah melihat latarbelakang
pekerjaan saya sebagai Pendeta…mungkin mereka takut saya akan “mengkristenkan
orang” hahaha.
Kini saya menjadi penulis dan penerjemah untuk
menopang hidup dan pelayanan, masih kembang kempis tetapi kami akan tetap press
on dan tidak mau menyerah sampai akhir. Hidup di dunia ini hanya sementara dan
saya tidak tahu kapan Tuhan akan memanggil saya kembali ke pangkuanNya. Dalam
sisa waktu yang ada ini, saya tidak mau menyerah dengan keadaan, saya percaya
akan selalu ada jalan bagi kita yang mentaati panggilanNya.
Kami coba mengikuti teladan
Kristus, selama di dunia sebelum usianya 30 tahun Tuhan Yesus bekerja sebagai
tukang kayu (IA bekerja sekuler), Ia tak punya rumah (tapi Ia tak pernah
mengeluhkan hal tersebut pada Bapa di Surga dan mengklaim janji Tuhan punya
rumah mewah), Ia tak punya transportasi
untuk bepergian antar kota (keledai pun Ia pinjam), Ia tak punya gedung ibadah
atau gedung pusat pelayanan/headquarters (Ia meminjam rumah atau ruangan
seseorang, bahkan tidak menyewa), kadang Ia tak punya uang (ingat saat Ia
memerintahkan Petrus memancing ikan dan dalam mulut ikan itu akan ada sejumlah
uang untuk membayar bea Bait Allah?). kekurangan atau kemiskinan bukan suatu
halangan bagi Tuhan Yesus untuk tetap fokus melayani dan melakukan tujuan/
destiny-nya selama di muka bumi dan menyelesaikannya dengan baik….atau bisa
dikatakan sempurna. Begitu pula Rasul Paulus ketika jemaat yang dilayani tak
sanggup mencukupi kebutuhan jasmaninya, ia pun bekerja sebagai pembuat tenda.
Saya sangat gembira saat ada
banyak anak muda atau bahkan orang seusia saya yang antusias mendengar mengenai
pelayanan Simple Church Network
Indonesia. Sayangnya ada yang kecewa dan meninggalkan kami sebab melihat fakta
bahwa meski pelayanan ini berjejaring dengan mancanegara “ternyata” miskin dan
tidak bisa membantu perintisan pelayanan mereka. Saya tidak tahu apa motivasi
mereka, tapi saya berdoa agar mereka yang bermotivasi “mencari uang dari
pelayanan” kiranya dijauhkan dari kami. Kami melayani kaum subkultur bukan
karena kami menerima gaji, tetapi karena panggilan Tuhan. Jadi maaf kami tidak
menerima apalagi mencari staf yang kami gaji setiap bulan. Sebab kami tidak
mampu untuk memberikan gaji. Keluarga kami melihat hal ini sebagai sebuah
panggilan dan visi keluarga kami. Kami melakukannya dengan sukacita dan
sukarela meski tanpa ada gaji apalagi bonus di akhir tahun.
Simple Church Network Indonesia, merupakan pelayanan mandiri dimana
kami terbuka bagi siapa pun yang mau berjejaring atau membangun network dengan
kami. Untuk saat ini kami belum bisa membantu pelayanan lain secara finansial
secara berkala (bila eksidentil pernah beberapa kali) sebab kami sendiri pun
tengah belajar untuk menjadi penulis
dan penerjemah sebagai profesi. Kami belajar bagaimana melayani di
market place,yang banyak tantangan. Kami menyadari tidak mudah menjadi
pengusaha Kristen di tengah dunia usaha yang korup. Saya teringat ketika
mencoba mengajukan pinjaman ke Bank yang menyediakan program pinjaman tanpa
agunan. Mereka mengajukan sebuah pertanyaan mengenai tempat tinggal kami.
“Rumah sendiri atau mengontrak?” Saat ditanya dan saya hendak menjawab, teman
yang menemani saya berbisik, “Bilang aza punya sendiri.” Hati saya berkecamuk,
berbohong demi modal atau tetap jujur apa adanya? Dan saya memilih untuk
jujur….puji Tuhan…hasilnya saya tidak mendapatkan modal yang dibutuhkan. Tiga
kali terjadi..tiga kali jujur…dan ketiganya gagal untuk mendapatkan modal.
Sampai kapanpun saya akan tetap memilih untuk jujur apa adanya, kalau belum
dapat …ya, jalani saja dengan modal yang ada.
Kami tidak mau menyulitkan orang
lain, kami mau melakukan apa yang Tuhan kehendaki sesuai dengan penyataanNya
tanpa kontrol dari pihak donatur atau penyumbang. Sebab kami percaya bila kami konsisten
melayani Dia..Tuhan sendiri yang akan menolong kami melalui tubuh Kristus atau
bahkan “burung gagak atau Janda Sarfat” (orang tidak seiman). Beberapa kali
kami justru mendapatkan sumbangan dari “saudara tiri” yang merasa terharu
dengan apa yang kami perjuangkan bagi kaum marginal….bila saudara seiman engga
“ngeh”…..rupanya Tuhan pakai “orang lain alias saudara tiri” kita dari kaum
Ismail.
Melayani “kaum marginal” atau
“kaum subkultur”……mungkin berbeda dengan pelayanan kebanyakan, kita perlu
bersabar sebab “conviction” datang dari Roh Kudus. Kami rindu melihat jiwa-jiwa
bertobat karena pekerjaan Roh Kudus dan bukan karena hasil presentasi atau
persuasi kami yang meyakinkan. Saya sudah melihat bila hasil dari kecakapan
saya, orang tersebut sangat mudah undur tetapi ketika Roh Kudus yang
bekerja….orang tersebut seolah “siap mati untuk Tuhan” tak tergoyahkan oleh
tantangan berat sekalipun.
Memasuki tahun 2012 ini hal yang
pertama kami mulai membentuk komunitas (simple church) di beberapa tempat,
sekelompok anak Tuhan yang berkumpul untuk beribadah, saling belajar, saling
mendoakan, saling peduli dan mau bergerak bersama melakukan Amanat Agung. Sudah
banyak orang yang letih “main gereja-gerejaan” dan kini mereka ingin
mempraktekkan cara hidup keluarga Tuhan sebagaimana jemaat mula-mula dalam
Kisah Para Rasul 2:41-47. Bagi rekan-rekan yang ingin terlibat dalam komunitas
kecil baik di Bandung atau pun kota lain, dapat menghubungi saya melalui email
davebroos@yahoo.co.uk atau FB Dave
Broos atau SMS 081330135643
atau WA
(only) 085863761509.
Hal yang kedua, kami mulai
membuka diri untuk memperlengkapi pelayanan atau gereja lain dengan
mengadakan beberapa pelatihan seperti:
Pelatihan Underground School of Ministry
(Sebuah pelatihan bagi siapa saja yang terbeban dan terpanggil
melayani kaum subkultur
), Pelatihan
Pemuridan (program pemuridan dasar bagi jemaat lokal), Pelatihan Penginjilan
(program memperlengkapi jemaat untuk menjadi saksi Tuhan di tengah mesyarakat),
Pelatihan Missi (program menanamkan pelayanan misi bagi jemaat), Pelatihan
Kepemimpinan (program memperlengkapi para pemimpin jemaat), Pelatihan
Pertumbuhan Gereja (program untuk membuat gereja mengalami pertumbuhan yang
sehat) dan Program Keuangan( mempelajari kehendak Tuhan atas uang dan harta
yang kita miliki bagi kemuliaanNya), Pelatihan Doa (program memperlengkapi
jemaat sebagai pendoa) . Materi yang ada secara spesifik untuk melayani
kaum urban perkotaan. Bagi yang berminat diperlengkapi dapat mengirimkan email
ke
davebroos@yahoo.co.uk atau SMS 081330135643
atau WA (only) 085863761509.
Hal yang ketiga, membangun
jejaring dimana kami bekerjasama dengan berbagai pelayanan lain dalam
memperluas Kerajaan Tuhan. Simple
Church Network Indonesia berjejaring dan mendukung pelayanan lainnya,
diantaranya: jejaring gereja rumah
(gereja sederhana/ simple church), pelayanan bagi gereja-gereja
teraniaya seperti Voice of Martyr dan Open Doors, pelayanan kemanusiaan/tanggap
bencana HAND dan pelayanan anti aborsi Pro Life. Kami percaya bahwa kita satu
dalam Tuhan Yesus dan anggota daripada tubuh Kristus. Kita masing-masing perlu
untuk saling mendukung dan berfungsi sesuai panggilan Tuhan. Sebab kita
membangun Kerajaan Tuhan dan bukannya kerajaan kecil kita. Kita membangun tubuh
Kristus dan bukan tubuh kita sendiri. Kita saling mendukung dan mendoakan tanpa
pamrih.
Hal yang ke empat, kami melayani
dan memberikan bantuan bagi kaum marginal atau subkultur yang membutuhkan
secara langsung, ini bukan bagian program sebab orang-orang yang kami
layani…kami perlakukan sebagai pribadi dan kami coba membangun hubungan kekeluargaan.
Kami merindukan bentuk pelayanan yang lebih natural dan tidak libet. Mungkin
ada yang bertanya bagaimana kami dapat membantu? Bilamana Anda ingin membantu
memberikan donasi dapat berupa pakaian bekas (dari bayi hingga dewasa) kami
akan sangat bersyukur tetapi tolong pakaian yang masih layak untuk dikenakan,
kami juga biasanya menyediakan makanan atau sembako
bagi siapa pun yang membutuhkan (Anda bisa
berpartisipasi dalam pengadaan sembako), keperluan sekolah seperti seragam,
buku tulis bahan bacaan pendidikan sampai Alkitab (Yang mungkin sudah tua dan
tak digunakan) yang dapat dikirimkan atau diantar ke alamat rumah kami
(alamat bisa hubungi kami) atau
bila hendak mendukung secara finansial dapat mengirimkan dana tersebut melalui
bank BCA no rek 0081824788 atas nama Dave Broos. Bila ada pertanyaan atau
masukan dapat menghubungi melalui
davebroos@yahoo.co.uk
, FB Dave Broos atau SMS 081330135643
/ WA 085863761509.
Inilah tujuan hidup kami….ini
bagian kami untuk berfungsi di dalam tubuh Kristus untuk perluasan Kerajaan
Tuhan dan menggenapi Amanat Agung. Doa dan harapan saya adalah siapapun yang
membaca tulisan saya ini dapat menemukan tujuan hidupnya dan melakukannya. Bila
Anda belum menemukan tujuan hidup Anda dan butuh teman atau saudara seiman
untuk berbincang jangan sungkan untuk menghubungi saya melalui email
davebroos@yahoo.co.uk atau FB Dave
Broos atau SMS 081330135643
/ WA
085863761509. Saya akan berusaha menolong Anda menemukan tujuan hidup
Anda dalam Tuhan sebagai saudara seiman. Tuhan menciptakan kita unik dan
beragam…dalam kehidupan maupun pelayanan….TUHAN TAK PERNAH MEMBUAT
SERAGAM……..Jadilah dirimu yang otentik di dalam Tuhan.
Salam dan doa,
Dave Broos
Pastor for the Outsiders.
